Rabu, 27 Februari 2013

CERPEN (CINTAKU, SWEATERKU)


HALLOOO BERTEMU LAGI DENGAN SAYA WIGAR AYU SAPUTRI :D KALI INI SAYA AKAN NGEPOST TENTANG TUGAS CERPEN GUE MENGENAI PENGALAMAN PRIBADI GUE. INI REAL LOH :P BACAA YAAAA WKWK


CINTAKU, SWEATERKU
(Karya: Wigar Ayu Saputri)
Matahari pagi menyinari Caca yang sedang menunggu bis bersama adik-adiknya yang bernama Fira dan Fia. Rasanya malas sekali untuk masuk sekolah setelah libur 2 minggu. Bis pun datang.
Sesampainya di sekolah, ia langsung ke kelasnya untuk menyimpan tasnya lalu ia pergi menemui Astrid, sahabatnya. “Trid, aku sebel banget,” ucap Caca memulai pembicaraan. “Kenapa Ca? Broken Heart yah?” ledek Astrid. “Tau aja sih Trid,” jawab Caca sedih. “Masalah sama Ari yah Ca?” tanya Astrid. “Iya Trid. Susah banget yah lupain orang yang kita sayang,” ucap Caca sedih. “Banget Ca. Aku pengen banget bisa lupain Yoga,” jawab Astrid sedih.
”Cie-cie ada yang lagi galau nih,” ledek Ina yang baru datang bersama Rika. “Apaan sih kalian, dateng-dateng bikin bete,” jawab Caca kesal. “Santai dong Ca,” ucap Rika.
 “Ca, lu putus sama Ari?” tanya Ina penasaran. “Iya Na, sebel banget gue. Satu minggu lebih dia gak sms gue. Dan beberapa jam setelah putus, dia langsung jadian sama cewek lain. Nyesek banget gue Na,” jawab Caca sebal. “Sabar woy,” ucap Rika dan Ina sambil tertawa.
Ketika sedang asik mengejek Caca yang baru putus cinta, bel berbunyi. Tapi mereka menghiraukan bunyi bel tersebut. Sedangkan Ina dan Rika pergi ke kantin meninggalkan Caca dan Astrid.
“Ca, katanya itu bukan pacar aslinya. Itu cuma status di Facebook aja,” kata Astrid.
“Nggak. Pokonya Ari emang punya pacar lagi. Sakit hati Trid rasanya,” jawab Caca sambil nulis-nulis nggak jelas di buku catatan Astrid.
“Aku bisa ngerti, Ca. Aku juga bisa ngerasain kok Ca,” jawab Astrid sedih.
“Aduh maaf Trid. Jadi aja flashback,” ucap Caca menyesal. “Iya nggakpapa kok, Ca,” jawab Astrid.
***
Bulan demi bulan telah Caca lalui. Dia bahkan telah berusaha melupakan segala kenangan tentangnya bersama Ari. Namun apa daya, ternyata segala kenangan bahkan perasaannya terhadap Ari masih ada. Sangat sulit baginya melupakan semua kenangan itu. Padahal kenangan itu hanyalah sedikit. Caca masih ingat ketika Ari menyanyikan lagu “Aku Cinta Dia” saat praktik Senirupa. Ari menyanyikan lagu dengan mengubah lirik “dia” menjadi “Caca”. Betapa malu sekaligus senangnya Caca saat itu. Saat Ari mengantar pulang Caca. Saat Ari membelikan minuman untuk Caca. Ketika Caca duduk bersama dengan Ari di bis sekolah saat pulang. Betapa sulitnya bagi Caca melupakan itu semua. Tapi Caca sadar. Ia harus melupakan semua tentang Ari dan kenangannya. Karena jika ia mengingatnya semakin lama, semakin lama pula ia merasakan sakit hati.
***
“Yan, sweater kelas gimana?” tanya Caca pada Riyan. Riyan adalah teman sekelas Caca. Kebetulan dia yang meng-koordinir sweater kelas untuk digunakan ketika Study Tour.
“Iya tenang aja, Ca. Besok gue ke Bandung sama papah gue ngurusin sweater,” jawab Riyan. Caca memang mempedulikan masalah sweater karena dia ketua kelas di kelasnya. Dan Riyan wakil ketua kelasnya.
 “Kalau designnya gimana Yan?” tanya Caca penasaran. “Gaktau nih. Gue masih bingung sama designnya,” jawab Riyan.
Pelajaran hari itu free dan kelas Caca memutuskan untuk membicarakan masalah sweater hingga akhirnya kelas Caca mencapai kesepakatan mengenai sweater.
Beberapa minggu kemudian, sweaterpun dibagikan. Ada beberapa orang yang tidak muat ketika memakai sweaternya. “Yan, kok sweaternya kecil banget sih,” kata Ulum kecewa. “Iya bener kata Ulum. Sweaternya kecil banget,” ucap anak-anak yang sweaternya tidak muat.
Riyan pun hanya bisa terdiam sambil duduk bersandar di tembok dekat papan tulis. “Aduh, kok bisa kekecilan sih yah,” ucapnya pada diri sendiri. Caca yang berada di depannya sangat terpesona pada sifat Riyan yang bertanggung jawab. “Udah sabar aja Yan,” ucap Caca menghibur. “Iya Ca. Entar gue bakal ke Bandung lagi kok. Mau komplain sama minta ganti sweater yang nggak muat,” jawab Riyan. “Sip Yan,” balas Caca.
***
Semenjak kejadian “sweater” Caca jadi salah tingkah kalau dekat dengan Riyan. Caca juga sudah melupakan Ari, tapi belum sepenuhnya. Yang ada di otaknya kini hanyalah Riyan seorang. Tapi Riyan sudah mempunyai pacar. Pacarnya juga cantik dan pintar. Tapi lebih tua 1 tahun, namanya Kak Diva.
“Haduh, apa aku suka yah sama Riyan,” tanya Caca dalam hati. “Pokoknya aku gaboleh suka sama dia. Entar ujung-ujungnya kaya si Ari lagi. Dia juga udah punya pacar,” lanjut Caca dalam hati sambil jalan menuju rumahnya.
Sesampainya di rumah, Caca langsung ganti baju lalu makan. Karena bosan, ia pun mengambil laptopnya dan membuka Facebook. Tidak terduga-duga Riyan mengirim chat kepada Caca. “Ca, anter gue yuk ke rumah Vanny!” pintanya. “Ngapain? Nggak ah, males Yan,” jawab Caca.
“Ayolah, gue nggak tau rumahnya Vanny,” pintanya.
“Lu tinggal ke Rawamas aja. Terus lurus, terus belok kanan pas deket masjid,” jawab Caca.
“Rawamas dimana? Gue aja gaktau Ca. Please anter gue,” pinta Riyan.
Sebenernya, Caca malas mengantar Riyan ke rumah Vanny. Ia masih capek dan masih betah online. Tapi pada akhirnya Caca meng-iyakan juga ajakan Riyan. Seperti yang sudah sudah disepakati Caca dan Riyan, Caca menunggu di lapangan basket Saraswati dan Riyan akan menjemputnya. Saat sedang siap-siap, Caca mendapatkan sms dari Riyan bahwa dia sudah sampai di lapangan Saraswati. Caca pun cepat-cepat dan berlari ke lapangan Saraswati. Ternyata benar, Riyan sudah menunggunya. Dia mengenakan sweater biru dan celana levis panjang sedang duduk di motornya.
“Yan, Ka Diva gak akan marah kan kalau kita boncengan?” tanya Caca. “Nggak kok, tenang aja,” jawab Riyan santai.
Caca pun segera naik motor Riyan dan mereka pergi menuju rumah Vanny. Jantung Caca kembali berdetak dengan kencang. Caca tak mengerti mengapa hal itu bisa terjadi. Caca berusaha santai agar jantungnya tidak bedegup dengan kencang lagi. Tapi apa daya, jantung Caca terus berdegup dengan kencang.
Saat diperjalanan, gemericik hujan turun. “Ca, mau tunggu hujan reda atau terus lanjut aja nih?” tanya Riyan.
Entah mengapa jantung Caca semakin berdegup kencang ketika Riyan menanyakan hal itu pada Caca. Caca seperti diperhatikan dan disayang oleh Riyan. Seakan-akan Riyan memperhatikan Caca seperti Caca adalah pacarnya sendiri. Itulah yang belum pernah Caca dapat dari mantan-mantannya terdahulu.
“Mmm, lanjut aja deh Yan,” jawab Caca.
Sebenernya ia ingin sekali menunggu hujan reda seperti  adegan yang suka ada di sinetron-sinetron. Tapi, waktunya tidak memungkinkan.
“Ca, kita kemana lagi nih?” tanya Riyan membubarkan lamunan Caca.
“Ha? Apa Yan? Nggak kedengeran nih,” kata Caca.
“Kita kemana lagi Ca?” tanya Riyan.
Seketika Caca melihat jalanan sekitar. “Yan, puter balik! Kita kelewatan,” jawabnya cepat-cepat. Caca terlalu gugup selama perjalanan bersama Riyan, sampai-sampai motor Riyan bablas melewati Perumahan Rawamas.
“Haduh, kenapa harus gugup seperti ini sih. Masa iya gue suka sama si Riyan,” ucap Caca dalam hati.
***
“Vanny, Vanny, Vanny,” ucap Riyan.
“Haduh, kok nggak keluar sih si Vanny. Jangan-jangan dia gak ada lagi,” kata Caca.
”Pasti ada kok,” jawab Riyan cepat.
“Sok tau ah lu Yan,” jawab Caca.
“Ya, emang gue tahu sih,” jawab Riyan.
Beberapa saat kemudian, Vanny menjawab dari dalam rumahnya. “Iya, iya sebentar,” jawab Vanny sambil ke luar rumah.
“Van, lama banget sih,” kata Caca. “Sorry Ca. Gue lagi beres-beres rumah,” jawab Vanny. “Oh, iya gakpapa Van,” jawab Caca.
“Eh, tapi ada apa kalian kesini?” tanya Vanny. “Tau tuh si Riyan,” jawab Caca.
“Gue mau ambil sweater lu Van,” jawab Riyan.
“Oh, sweater. Tapi buat apa Yan?” tanya Vanny. “Mau gue tuker lah. Lu mau pake sweater gak muat itu?” tanya Riyan sambil tertawa. “Enggaklah. Yaudah tunggu sebentar yah, gue ambil dulu sweaternya,” jawab Vanny sambil masuk ke dalam rumah.
Beberapa saat kemudian, Vanny datang membawa sweaternya. “Nih, sweaternya Yan,” kata Vanny sambil memberikan sweater kepada Riyan. “Sip, Van,” jawab Riyan sambil mengambil sweater Vanny.
“Eh berarti lu ke Bandung dong hari ini?” tanya Vanny. “Iya Van, gue hari ini ke Bandung” jawab Riyan.
“Yan, pulang yuk. Udah sore nih,” pinta Caca. “Entar aja, Ca. Masih hujan,” larang Vanny. “Ya udah deh,” jawab Caca.
“Ca, gue anter lu ke rumah si Ari aja yah. Deket ini,” ledek Riyan. “Apaan sih lu, males banget deh,” jawab Caca.
“Udah, gue anterin aja lah yah. Entar gue ke rumahnya si Diva deh. Mumpung deket nih,” jawab Riyan.
“Ah engga-engga. Lu harus anterin gue pulang. Gamau tau gue!” paksa Caca. “Iya, biasa aja kali Ca,” jawab Riyan.
“Van, udah agak reda nih, kita pulang yah?” tanya Caca. “Iya. Hati-hati yah,” jawab Vanny. “Oke deh, makasih yah Vann,” ucap Caca sebelum meninggalkan rumah Vanny. “Iya, sama-sama,” jawab Vanny.
Entah mengapa jantung Caca masih saja berdegup dengan kencang. Bahkan, ketika di rumah Vanny, jantung Caca pun berdegup dengan kencang. Caca pun bingung akan keadaan jantungnya yang labil itu.
Caca dan Riyan pulang ketika gerimis. Tapi ketika sampai di fly over, hujan turun dengan derasnya. Entah mengapa jantung Caca berdegup semakin kencang. “Ini romantis banget. Berduaan bareng cowok naek motor pas lagi hujan besar, aaah romantis banget,” ucap Caca dalam hati.
“Ca, mau turun dimana?” tanya Riyan membuyarkan fikiran Caca. “Di depan gang aja Yan,” jawab Caca.
“Rumah lu dimana? Gue anter ke rumah lu aja yah,” tanya Riyan. “Gausah Yan,” jawab Caca.
Sebenernya sih Caca pengen banget dianter sampe rumahnya. Soalnya dia juga malas jalan dari depan gang rumahnya sampai ke rumahnya walaupun jaraknya tidak terlalu jauh.
“Yang bener? Tapikan ini hujannya besar banget,” jawab Riyan tidak yakin.
”Nggakpapa, deket ini. Nanti gue lari kok, santai aja,” jawab Caca. “Yaudah deh,” jawab Riyan.
“Tuh, disitu berhenti yah,” ucap Caca sambil menunjuk kearah gang rumahnya.
“Hati-hati yah, Ca. Makasih udah nganterin,” ucap Riyan. “Iya, Yan sama-sama. Makasih juga yah udah nganterin pulang,” jawab Caca. “Iya sip sama-sama,” ucap Riyan sambil pergi melanjutkan perjalanan. Caca pun segera lari menuju rumahnya.
***
Sesampainya di rumah, Caca langsung mandi. Setelah itu, Caca langsung belajar IPA. “Haduh, males banget deh besok ulangan IPA. Materinya banyak banget. Mana gue ga ngerti lagi,” ucap Caca di dalam hatinya.
Saat sedang belajar, tiba-tiba saja ia teringat saat Riyan menawarkan untuk berteduh ketika hujan dan ketika ia mengantarkan pulang. “Tadi romantis banget,” ucap Caca sambil tersenyum di dalam hati.
Semenjak kejadian “boncengan saat hujan”, Caca jadi memikirkan hal itu terus-menerus. Sampai-sampai ketika belajar IPA, dia juga sambil tersenyum-senyum sendiri. “Kalau gue mikirin boncengan sama RIyan terus gue pasti nggak akan bisa ngerjain ulangan IPA besok,” ucap Caca dalam hati.
Keesokan harinya, benar saja. Caca tidak bisa mengerjakan soal ulangan IPA. Entah soalnya yang susah, atau dia yang tidak bisa mengerjakannya. “Gila, ulangannya susah banget tau,” ucap Caca pada Ina, Astrid, dan Rika.
“Masa sih Ca? Gampang banget tau Ca,” jawab Ina dengan nada sombong.
“Songong banget lu Na,” ucap Caca membuat Astrid dan Rika tertawa.
***
“Gimana sweaternya Yan?” tanya Caca pada Riyan yang sedang asyik bermain gitar.
“Kemarin gue udah ke Bandung, dan gue komplain  ke tempat bikin sweaternya. Mereka minta maaf dan bakal ngegantiin sweaternya kok Ca,” jawab Riyan.
“Alhamdulillah deh, untung aja mereka mau ngegantiin sweaternya. Coba kalau engga. Kita pasti rugi banget,” jawab Caca pada Riyan.
“Ya, iyalah,” jawab Riyan.
“Gue ke kantor dulu yah Yan, mau panggil Pak Tri. Lu jaga kelas yah. Jangan sampe anak-anak pada keluar kelas,” pinta Caca pada Riyan.
“Iya, bawel banget sih lu Ca,” jawab Caca.
Seperti biasa, setiap pelajaran Bahasa Inggris membuat Caca gugup dan mengantuk. Caca yakin semua teman-teman sekelasnya juga merasakan hal yang sama seperti Caca. Untung saja hari itu pelajaran Bahasa Inggris berupa games.
Bel sekolah berbunyi, tanda jam pelajaran hari itu telah usai. 
***
Sesampainya di rumah, Caca langsung berganti pakaian dan makan. “Ca, hari ini pramuka?” tanya mamah Caca. “Iya mah,” jawab Caca sambil makan.
***
Jam telah menunjukan pukul 2 siang. Caca segera ke depan gang untuk menunggu bis jemputan. “Panas banget sih hari ini, coba kalau berani bolos. Pasti hari ini gue gak akan pramuka deh. Gak penting banget pramuka siang-siang,” omel Caca dalam hati.
Tak lama kemudian, bis datang. Caca segera masuk ke dalam bis dan duduk di samping Devi dan Astrid. “Hai Dev, tumben lu naik bis. Biasanya dianter papah lu,” kata Caca.
“Iya Ca. Kemarin, papah gue pergi ke luar kota, jadi gue naik bis,” jawab Devi.
“Oh iya, gimana hubungan kamu sama Galang?” tanya Astrid.
“Baik kok, kamu gimana udah bisa ngelupain Yoga belum?” tanya Devi.
“Pasti belum lah, secara Astrid cinta banget sama Yoga,” ledek Caca.
“Apasih kamu Ca, sok tahu banget jadi orang,” jawab Astrid bete dan membuat Devi dan Caca tertawa.
“Oh iya, gue ada gosip baru loh,” ucap Caca pada ke dua sahabatnya itu.
“Kamu gosip mulu deh Ca,” jawab Astrid meledek.
“Beneran, tentang Yoga dan Rahma loh. Yakin enggak mau tau?” jawab Caca tak mau kalah.
Ketika mereka sedang asyik bergosip mengenai hubungan Yoga dan Rahma, bis sudah sampai sekolah mereka. Mereka segera turun dari bis dan memasuki sekolah.
***
Sesampainya di sekolah, Caca, Astrid, Ina, Rika, Devi dan beberapa teman cewek mereka duduk di tangga dekat kantin sekolah.
“Cie, Caca lagi liatin siapa tuh? Kok daritadi asyik banget liatin kearah kantin,” ledek Devi pada Caca yang sedari tadi memperhatikan kantin.
“Apasih, nggak kok. Aku lagi bete aja,” jawab Caca gugup.
“Udah deh, jangan bohong. Pasti kamu lagi naksir sama salah satu dari anak-anak yang ada di kantin kan?” tanya Nita.
“Hmm, sebenernya sih iya. Aku lagi suka sama orang,” ucap Caca pada beberapa sahabatnya itu.
“Siapa Ca? Siapa?” tanya Nita penasaran.
“Nggak ah, aku malu ngasih tau namanya” jawab Caca.
“Huuuu Caca enggak cerita-cerita. Yaudah deh terserah kamu aja,” ucap Astrid dengan nada sok sedih.
“Biasa aja dong Trid, jangan sok sedih gitu,” ucap Caca sambil terkikik.
“Eh, tapi siapa sih Ca? Kita gak akan kasih tau siapa-siapa kok,” ucap Ina.
“Tapi kalian janji yah jangan kasih tau siapa-siapa. Aku malu soalnya,” pinta Caca.
“Iya Caca si Miss Irit,” ucap Astrid dengan nada meledek.
“Ih, aku gak irit tau, aku tuh cuma sayang uang aja,” ucap Caca membela diri. “Sama aja Caca,” ucap Rika yang sedari tadi diam.
“Siapa sih Ca? Jangan ganti topik pembicaraan deh,” ucap Kristin yang daritadi hanya menyimak pembicaraan sambil minum teh poci.
“Bener yah, jangan kasih tau siapa-siapa. Soalnya orang yang aku suka udah punya pacar. Dan pacarnya kakak kelas. Aku takut dilabrak kalau ketahuan,” pinta Caca.
Mereka pun meng-iyakan dan Caca menceritakan semuanya pada teman-temannya. Saat sedang asyik menceritakan kejadian “sweater” dan “boncengan saat ujan”, bel berbunyi menandakan pramuka akan segera dimulai. Seperti biasa, sebelum pramuka dimulai, diadakan apel dahulu. Sangat membosankan memang. Tapi dengan terpaksa Caca harus mengikutinya. Kalau tidak, Caca takut dihukum.
Saat sedang diam, tanpa diduga-duga, Riyan berada di paling depan samping kanan Caca. Caca pun memperhatikan Riyan yang sedari tadi sedang diam. Tanpa Caca sadari, Devi memperhatikan tingkah Caca itu. “Biasa aja kali Ca merhatiinnya,” ledek Devi dengan suara berbisik.
“Apaan sih Dev, orang daritadi aku diem saja,” jawab Caca pelan.
“Diem apa memperhatikan seseorang?” ledek Rika yang baris di belakang Devi.
“Kalian tuh yah, udah dong entar yang lain pada tau kalau aku naksir dia,” pinta Caca pelan.
“Iya iya Miss Irit,” jawab Rika.
“Huuuh, dasar. Sabar aja deh gue mah. Secara gue kan baik hati dan tidak sombong,” ucap Caca. “Dasar. PD banget lu Ca,” jawab Rika.
***
“Capek banget yah kalau penjelajahan, tapi seru sih,” ucap Caca pada Astrid.
“Memang. Udah capek, nutupin sakit hati pula,” jawab Astrid kesal.
“Pasti si Yoga sama Rahma. Iyakan?” tanya Caca. “Iya, Ca,” jawab Astrid sedih.
“Memangnya kenapa sama Yoga dan Rahma?” tanya Caca.
“Kemarin aku liat mereka jalan bareng ke mall coba,” jawab Astrid sedih.
“Yaudah, nggakpapa Trid, insyaallah kamu bakal dapetin lebih daripada Yoga,” jawab Caca dengan nada senang dan penuh semangat.
“Makasih yah, Ca. Kamu memang sahabat terbaik aku deh,” ucap Astrid dengan nada senang.
“Kamu juga Trid sahabat terbaik aku,” jawab Caca tak kalah senangnya.
***
Jam sudah menunjukan pukul 7 malam. Karena merasa bosan, Caca memutuskan untuk online.
“Semoga mereka cepat putus deh,” update Caca di status salah satu jejaring sosialnya.
“Cie Caca, sadis amat Ca,” komentar Rika pada statusnya Caca itu.
“Biarin dong,” balas Caca pada Rika melalui jejaring sosial itu.
***
Karena merasa capek, Caca mematikan laptopnya. Beberapa saat kemudian, Caca mendapatkan SMS dari Astrid bahwa Riyan putus dengan pacarnya, Kak Diva.  Awalnya Caca tidak percaya kalau Riyan putus dengan pacarnya. Tapi ternyata benar.
“Ternyata bener kata Astrid kalau mereka putus,” ucap Caca dalam hati. “Berarti doa gue di status jejaring sosial itu tercapai dong, jangan-jangan gue memang jodoh sama Riyan” lanjut Caca dalam hati sambil tertawa-tawa sendiri.
***
Keesokan harinya, benar saja. Riyan galau. Biasanya dia selalu tertawa bersama teman-temannya. Tapi hari ini dia diam saja.
“Kayaknya, aku nggak akan pacaran deh sama Riyan. Dia kayaknya sayang banget sama Kak Diva. Sampe-sampe dia nangisin Kak Diva,” ucap Caca dalam hati.
Lagi-lagi jantung Caca berdegup dengan kencang. Dia merasa Riyan adalah lelaki yang sangat baik dan sangat menyayangi pacarnya. Bahkan ketika putus saja, Riyan menangisi hal tersebut.
“Betapa romantisnya Riyan,” ucap Caca dalam hati.
Ketika Caca sedang asyik memandangi Riyan yang berada di koridor, Devi datang. “Ca, aku comblangin kamu sama Riyan yah?” tanya Devi.
“Iya, Ca. Tadi Devi ngasih tau ke Galang kalau ada yang suka sama Riyan,” ucap Astrid.
“Hah? Yang bener? Aduh, tapi si Riyan sama Galang gak tau kan kalo yang suka itu aku?” tanya Caca kaget.
“Enggak kok, pokoknya aku comblangin yah?” tanya Devi. “Enggak usah yah please,” pinta Caca pada mereka.
“Iyaudah deh,” jawab Astrid dan Devi.
Setelah obrolan mengenai Devi dan Astrid akan mencomblangkan Caca dengan Riyan, Caca menjadi ketakutan. Caca takut kalau semua orang tahu kalau Caca suka Riyan dan akan mengejeknya. Tapi Caca mencoba positif thinking.
***
 “Trid, Na ayo ke Lab. IPA. Udah mau mulai nih belah kodoknya,” ajak Caca pada ke dua sahabatnya itu yang kebetulan mengambil ekstrakulikuler yang sama dengannya yaitu KIR.
“Iya, ayo Ca!” jawab Astrid dan Ina bersamaan.
***
Saat Caca sedang membelah kodok, tidak sengaja ia melihat Riyan sedang melihat ke arahnya. “Jangan GR please Ca, mungkin dia nggak ngeliatin lu,” ucapnya dalam hati.
Riyan berada di dalam kelas seberang lapangan basket.
“Sepertinya dia masih galau akibat putus cinta sama Kak Diva deh,” ucap Caca dalam hati.
“Trid, Na, kalian sudah selesai kan belah kodoknya?” tanya Caca pada ke dua sahabatnya itu. “Sudah Miss Irit,” jawab Astrid meledek. “Huf, yaudah kita ke kantin yuk,” ajak Caca. “Ayo Ca,” jawab Ina.
Mereka pergi menuju kantin sekolah melewati kelas yang didalamnya ada beberapa murid. Termasuk Riyan.
“Ca, sini deh!” ajak Devi yang sedang berada di dalam kelas tersebut.
Caca pun segera memasuki kelas tersebut dan melewati Riyan. Detak jantung Caca kembali labil ketika melewati Riyan. “Ada apa Dev?” tanya Caca.
“Nggak papa cuma manggil aja,” jawab Devi. “Yah, yaudah, gue ke kantin dulu yah,” ucap Caca. “Sip Ca,” jawab Devi.
***
Setelah jajan, mereka memutuskan untuk diam di samping mushalla sekolah. Tempat itu adalah salah satu tempat favorit mereka, karena bersih dan dingin. Saat sedang asyik mengobrol, tiba-tiba Riyan bersama Galang dan Devi datang. Mereka akan ke kantin, tetapi menggunakan jalan di samping mushalla. “Cie Caca cie Caca,” ledek Astrid dan Ina bersamaan.
“Apaan sih kamu Trid,” jawab Caca gugup. Lagi-lagi, ketika Riyan melewati Caca, jantung Caca kembali berdetak dengan kecang.
“Kalian please jangan ledek aku lagi, aku takut Riyan tau,” pinta Caca pada mereka. “Iya deh iya,” jawab Astrid.
Karena merasa bosan, mereka mencari tempat untunk duduk tetapi tidak di mushalla lagi. Saat mereka sedang jalan, Devi memanggil Caca. “Ca, sini deh!” ajaknya pada Caca.
Lagi-lagi Caca salah tingkah. Di dalam kelas itu Riyan sedang duduk. Caca mengira ada yang penting yang akan Devi bicarakan. Ternyata tidak. Dia sedang menjalankan rencananya untuk mencomblangkan Caca dan Riyan.
Sebelum Caca memasuki kelas tersebut, Devi, Galang, Riyan, dan Toni ke luar kelas tersebut. Mereka duduk di koridor dan Riyan duduk menyender di hadapan mereka. Sebenarnya, Caca ingin pergi dari situ karena ia tak tahan akan kondisi jantungnya yang labil ketika dekat dengan Riyan. Tapi Astrid, Ina, dan Rika berada disana dan tidak mau pergi.
“Mereka kayaknya bersekongkol deh sama Devi, Galang, dan Toni untuk mencomblangkanku dengan Riyan,” ucap Caca dalam hati.
Caca hanya bisa pasrah, lalu Caca duduk agak jauhan di samping Riyan. “Cie cie, ngomong dong Yan, katanya mau ngomong,” ledek Galang.
Karena aku tak tahan akan situasi itu, aku pergi dan masuk ke kelas yang di dalamnya berada Astrid, Ina, Rika, dan juga Ari. Caca sangat bersyukur pada keadaan itu karena dia bisa membuat Ari sakit hati dengan cara Caca dicomblangkan dengan Riyan di hadapan Ari. “Biar saja Ari ngerasain gimana sakitnya gue waktu Ari punya pacar beberapa jam setelah kami putus,” ucap Caca dalam hati dengan senyum penuh kemenangan.
***
Saat Caca duduk, Riyan duduk di samping Caca di dalam kelas. Saat itu, Riyan malu-malu hingga akhirnnya dia mengatakan bahwa dia suka Caca. “Ca, sebenernya aku suka kamu. Kamu mau gak jadi pacar aku?” tanya Riyan pada Caca. Caca tidak langsung menjawab. Dia sangat malu. Saat akan menjawab, bel pulang berbunyi. Caca segera keluar dari kelas tersebut. Dan teman-teman Caca segera mengikuti Caca dan menahan Caca agar Caca menjawab pertanyaan dari Riyan.
“Gimana Ca, mau enggak jadi pacar aku?” tanya Riyan.
”Tapi, gue takut kalau lu sama seperti Ari, gue takut sakit hati lagi,” ucap Caca.
 “Tenang aja, Riyan nggak akan gitu kok, iya nggak Yan?” tanya Devi pada Riyan.
“Iya Ca, gue janji deh,” ucap Riyan.
“Hmmm, yaudah gue mau jadi pacar lu Yan ,” jawab Caca.
***
Semenjak itu, mereka pacaran. Tapi beberapa hari kemudian, Kak Diva meminta maaf kepada Riyan melalui SMS. Tetapi Riyan tidak membalasnya, hingga Nana, saudaranya Diva mengirim SMS kepada Riyan. “Riyan, Diva itu sebenernya sangat menyayangi kamu. Dia putusin kamu soalnya dia ingin memberi kamu kejutan saat hari jadi kalian yang ke empat bulan. Dia itu tidak benar-benar ingin putusin kamu,” ucap Nana di SMS. “Ya terus? Yang jelas sekarang gue sama dia udah putus dan gue udah punya pacar. Jadi jangan ganggu gue lagi. Bilangin ke dia gue udah ga suka sama dia,” jawab Riyan lewat SMS.
***
Karena tidak enak akan kejadian Diva meminta maaf pada Riyan dan Nana mengirim SMS kepada Riyan, Riyan menceritakan semua kejadian tersebut pada Caca.
“Kamu tenang aja, aku gak bales smsnya si Diva kok,” ucap Riyan meyakinkan Caca.
“Aku juga udah bilang kalau aku udah gak suka sama Diva dan aku nggak akan selingkuhin kamu kok, aku janji,” lanjut Riyan.
“Iya, santai saja, aku percaya kok. Kamu juga yah tenang aja soalnya aku udah nggak suka sama Ari dan aku nggak akan selingkuhin kamu juga,” jawab Caca.
“Iya Caca, aku percaya. Aku sayang kamu Ca,” ucap Riyan.“Aku juga sayang kamu, Yan,” jawab Caca sambil senyum lebar.
***TAMAT***

CERPEN (CINTAKU, SWEATERKU)



HALLOOO BERTEMU LAGI DENGAN SAYA WIGAR AYU SAPUTRI :D KALI INI SAYA AKAN NGEPOST TENTANG TUGAS CERPEN GUE MENGENAI PENGALAMAN PRIBADI GUE. INI REAL LOH :P BACAA YAAAA WKWK


CINTAKU, SWEATERKU
(Karya: Wigar Ayu Saputri)
Matahari pagi menyinari Caca yang sedang menunggu bis bersama adik-adiknya yang bernama Fira dan Fia. Rasanya malas sekali untuk masuk sekolah setelah libur 2 minggu. Bis pun datang.
Sesampainya di sekolah, ia langsung ke kelasnya untuk menyimpan tasnya lalu ia pergi menemui Astrid, sahabatnya. “Trid, aku sebel banget,” ucap Caca memulai pembicaraan. “Kenapa Ca? Broken Heart yah?” ledek Astrid. “Tau aja sih Trid,” jawab Caca sedih. “Masalah sama Ari yah Ca?” tanya Astrid. “Iya Trid. Susah banget yah lupain orang yang kita sayang,” ucap Caca sedih. “Banget Ca. Aku pengen banget bisa lupain Yoga,” jawab Astrid sedih.
”Cie-cie ada yang lagi galau nih,” ledek Ina yang baru datang bersama Rika. “Apaan sih kalian, dateng-dateng bikin bete,” jawab Caca kesal. “Santai dong Ca,” ucap Rika.
 “Ca, lu putus sama Ari?” tanya Ina penasaran. “Iya Na, sebel banget gue. Satu minggu lebih dia gak sms gue. Dan beberapa jam setelah putus, dia langsung jadian sama cewek lain. Nyesek banget gue Na,” jawab Caca sebal. “Sabar woy,” ucap Rika dan Ina sambil tertawa.
Ketika sedang asik mengejek Caca yang baru putus cinta, bel berbunyi. Tapi mereka menghiraukan bunyi bel tersebut. Sedangkan Ina dan Rika pergi ke kantin meninggalkan Caca dan Astrid.
“Ca, katanya itu bukan pacar aslinya. Itu cuma status di Facebook aja,” kata Astrid.
“Nggak. Pokonya Ari emang punya pacar lagi. Sakit hati Trid rasanya,” jawab Caca sambil nulis-nulis nggak jelas di buku catatan Astrid.
“Aku bisa ngerti, Ca. Aku juga bisa ngerasain kok Ca,” jawab Astrid sedih.
“Aduh maaf Trid. Jadi aja flashback,” ucap Caca menyesal. “Iya nggakpapa kok, Ca,” jawab Astrid.
***
Bulan demi bulan telah Caca lalui. Dia bahkan telah berusaha melupakan segala kenangan tentangnya bersama Ari. Namun apa daya, ternyata segala kenangan bahkan perasaannya terhadap Ari masih ada. Sangat sulit baginya melupakan semua kenangan itu. Padahal kenangan itu hanyalah sedikit. Caca masih ingat ketika Ari menyanyikan lagu “Aku Cinta Dia” saat praktik Senirupa. Ari menyanyikan lagu dengan mengubah lirik “dia” menjadi “Caca”. Betapa malu sekaligus senangnya Caca saat itu. Saat Ari mengantar pulang Caca. Saat Ari membelikan minuman untuk Caca. Ketika Caca duduk bersama dengan Ari di bis sekolah saat pulang. Betapa sulitnya bagi Caca melupakan itu semua. Tapi Caca sadar. Ia harus melupakan semua tentang Ari dan kenangannya. Karena jika ia mengingatnya semakin lama, semakin lama pula ia merasakan sakit hati.
***
“Yan, sweater kelas gimana?” tanya Caca pada Riyan. Riyan adalah teman sekelas Caca. Kebetulan dia yang meng-koordinir sweater kelas untuk digunakan ketika Study Tour.
“Iya tenang aja, Ca. Besok gue ke Bandung sama papah gue ngurusin sweater,” jawab Riyan. Caca memang mempedulikan masalah sweater karena dia ketua kelas di kelasnya. Dan Riyan wakil ketua kelasnya.
 “Kalau designnya gimana Yan?” tanya Caca penasaran. “Gaktau nih. Gue masih bingung sama designnya,” jawab Riyan.
Pelajaran hari itu free dan kelas Caca memutuskan untuk membicarakan masalah sweater hingga akhirnya kelas Caca mencapai kesepakatan mengenai sweater.
Beberapa minggu kemudian, sweaterpun dibagikan. Ada beberapa orang yang tidak muat ketika memakai sweaternya. “Yan, kok sweaternya kecil banget sih,” kata Ulum kecewa. “Iya bener kata Ulum. Sweaternya kecil banget,” ucap anak-anak yang sweaternya tidak muat.
Riyan pun hanya bisa terdiam sambil duduk bersandar di tembok dekat papan tulis. “Aduh, kok bisa kekecilan sih yah,” ucapnya pada diri sendiri. Caca yang berada di depannya sangat terpesona pada sifat Riyan yang bertanggung jawab. “Udah sabar aja Yan,” ucap Caca menghibur. “Iya Ca. Entar gue bakal ke Bandung lagi kok. Mau komplain sama minta ganti sweater yang nggak muat,” jawab Riyan. “Sip Yan,” balas Caca.
***
Semenjak kejadian “sweater” Caca jadi salah tingkah kalau dekat dengan Riyan. Caca juga sudah melupakan Ari, tapi belum sepenuhnya. Yang ada di otaknya kini hanyalah Riyan seorang. Tapi Riyan sudah mempunyai pacar. Pacarnya juga cantik dan pintar. Tapi lebih tua 1 tahun, namanya Kak Diva.
“Haduh, apa aku suka yah sama Riyan,” tanya Caca dalam hati. “Pokoknya aku gaboleh suka sama dia. Entar ujung-ujungnya kaya si Ari lagi. Dia juga udah punya pacar,” lanjut Caca dalam hati sambil jalan menuju rumahnya.
Sesampainya di rumah, Caca langsung ganti baju lalu makan. Karena bosan, ia pun mengambil laptopnya dan membuka Facebook. Tidak terduga-duga Riyan mengirim chat kepada Caca. “Ca, anter gue yuk ke rumah Vanny!” pintanya. “Ngapain? Nggak ah, males Yan,” jawab Caca.
“Ayolah, gue nggak tau rumahnya Vanny,” pintanya.
“Lu tinggal ke Rawamas aja. Terus lurus, terus belok kanan pas deket masjid,” jawab Caca.
“Rawamas dimana? Gue aja gaktau Ca. Please anter gue,” pinta Riyan.
Sebenernya, Caca malas mengantar Riyan ke rumah Vanny. Ia masih capek dan masih betah online. Tapi pada akhirnya Caca meng-iyakan juga ajakan Riyan. Seperti yang sudah sudah disepakati Caca dan Riyan, Caca menunggu di lapangan basket Saraswati dan Riyan akan menjemputnya. Saat sedang siap-siap, Caca mendapatkan sms dari Riyan bahwa dia sudah sampai di lapangan Saraswati. Caca pun cepat-cepat dan berlari ke lapangan Saraswati. Ternyata benar, Riyan sudah menunggunya. Dia mengenakan sweater biru dan celana levis panjang sedang duduk di motornya.
“Yan, Ka Diva gak akan marah kan kalau kita boncengan?” tanya Caca. “Nggak kok, tenang aja,” jawab Riyan santai.
Caca pun segera naik motor Riyan dan mereka pergi menuju rumah Vanny. Jantung Caca kembali berdetak dengan kencang. Caca tak mengerti mengapa hal itu bisa terjadi. Caca berusaha santai agar jantungnya tidak bedegup dengan kencang lagi. Tapi apa daya, jantung Caca terus berdegup dengan kencang.
Saat diperjalanan, gemericik hujan turun. “Ca, mau tunggu hujan reda atau terus lanjut aja nih?” tanya Riyan.
Entah mengapa jantung Caca semakin berdegup kencang ketika Riyan menanyakan hal itu pada Caca. Caca seperti diperhatikan dan disayang oleh Riyan. Seakan-akan Riyan memperhatikan Caca seperti Caca adalah pacarnya sendiri. Itulah yang belum pernah Caca dapat dari mantan-mantannya terdahulu.
“Mmm, lanjut aja deh Yan,” jawab Caca.
Sebenernya ia ingin sekali menunggu hujan reda seperti  adegan yang suka ada di sinetron-sinetron. Tapi, waktunya tidak memungkinkan.
“Ca, kita kemana lagi nih?” tanya Riyan membubarkan lamunan Caca.
“Ha? Apa Yan? Nggak kedengeran nih,” kata Caca.
“Kita kemana lagi Ca?” tanya Riyan.
Seketika Caca melihat jalanan sekitar. “Yan, puter balik! Kita kelewatan,” jawabnya cepat-cepat. Caca terlalu gugup selama perjalanan bersama Riyan, sampai-sampai motor Riyan bablas melewati Perumahan Rawamas.
“Haduh, kenapa harus gugup seperti ini sih. Masa iya gue suka sama si Riyan,” ucap Caca dalam hati.
***
“Vanny, Vanny, Vanny,” ucap Riyan.
“Haduh, kok nggak keluar sih si Vanny. Jangan-jangan dia gak ada lagi,” kata Caca.
”Pasti ada kok,” jawab Riyan cepat.
“Sok tau ah lu Yan,” jawab Caca.
“Ya, emang gue tahu sih,” jawab Riyan.
Beberapa saat kemudian, Vanny menjawab dari dalam rumahnya. “Iya, iya sebentar,” jawab Vanny sambil ke luar rumah.
“Van, lama banget sih,” kata Caca. “Sorry Ca. Gue lagi beres-beres rumah,” jawab Vanny. “Oh, iya gakpapa Van,” jawab Caca.
“Eh, tapi ada apa kalian kesini?” tanya Vanny. “Tau tuh si Riyan,” jawab Caca.
“Gue mau ambil sweater lu Van,” jawab Riyan.
“Oh, sweater. Tapi buat apa Yan?” tanya Vanny. “Mau gue tuker lah. Lu mau pake sweater gak muat itu?” tanya Riyan sambil tertawa. “Enggaklah. Yaudah tunggu sebentar yah, gue ambil dulu sweaternya,” jawab Vanny sambil masuk ke dalam rumah.
Beberapa saat kemudian, Vanny datang membawa sweaternya. “Nih, sweaternya Yan,” kata Vanny sambil memberikan sweater kepada Riyan. “Sip, Van,” jawab Riyan sambil mengambil sweater Vanny.
“Eh berarti lu ke Bandung dong hari ini?” tanya Vanny. “Iya Van, gue hari ini ke Bandung” jawab Riyan.
“Yan, pulang yuk. Udah sore nih,” pinta Caca. “Entar aja, Ca. Masih hujan,” larang Vanny. “Ya udah deh,” jawab Caca.
“Ca, gue anter lu ke rumah si Ari aja yah. Deket ini,” ledek Riyan. “Apaan sih lu, males banget deh,” jawab Caca.
“Udah, gue anterin aja lah yah. Entar gue ke rumahnya si Diva deh. Mumpung deket nih,” jawab Riyan.
“Ah engga-engga. Lu harus anterin gue pulang. Gamau tau gue!” paksa Caca. “Iya, biasa aja kali Ca,” jawab Riyan.
“Van, udah agak reda nih, kita pulang yah?” tanya Caca. “Iya. Hati-hati yah,” jawab Vanny. “Oke deh, makasih yah Vann,” ucap Caca sebelum meninggalkan rumah Vanny. “Iya, sama-sama,” jawab Vanny.
Entah mengapa jantung Caca masih saja berdegup dengan kencang. Bahkan, ketika di rumah Vanny, jantung Caca pun berdegup dengan kencang. Caca pun bingung akan keadaan jantungnya yang labil itu.
Caca dan Riyan pulang ketika gerimis. Tapi ketika sampai di fly over, hujan turun dengan derasnya. Entah mengapa jantung Caca berdegup semakin kencang. “Ini romantis banget. Berduaan bareng cowok naek motor pas lagi hujan besar, aaah romantis banget,” ucap Caca dalam hati.
“Ca, mau turun dimana?” tanya Riyan membuyarkan fikiran Caca. “Di depan gang aja Yan,” jawab Caca.
“Rumah lu dimana? Gue anter ke rumah lu aja yah,” tanya Riyan. “Gausah Yan,” jawab Caca.
Sebenernya sih Caca pengen banget dianter sampe rumahnya. Soalnya dia juga malas jalan dari depan gang rumahnya sampai ke rumahnya walaupun jaraknya tidak terlalu jauh.
“Yang bener? Tapikan ini hujannya besar banget,” jawab Riyan tidak yakin.
”Nggakpapa, deket ini. Nanti gue lari kok, santai aja,” jawab Caca. “Yaudah deh,” jawab Riyan.
“Tuh, disitu berhenti yah,” ucap Caca sambil menunjuk kearah gang rumahnya.
“Hati-hati yah, Ca. Makasih udah nganterin,” ucap Riyan. “Iya, Yan sama-sama. Makasih juga yah udah nganterin pulang,” jawab Caca. “Iya sip sama-sama,” ucap Riyan sambil pergi melanjutkan perjalanan. Caca pun segera lari menuju rumahnya.
***
Sesampainya di rumah, Caca langsung mandi. Setelah itu, Caca langsung belajar IPA. “Haduh, males banget deh besok ulangan IPA. Materinya banyak banget. Mana gue ga ngerti lagi,” ucap Caca di dalam hatinya.
Saat sedang belajar, tiba-tiba saja ia teringat saat Riyan menawarkan untuk berteduh ketika hujan dan ketika ia mengantarkan pulang. “Tadi romantis banget,” ucap Caca sambil tersenyum di dalam hati.
Semenjak kejadian “boncengan saat hujan”, Caca jadi memikirkan hal itu terus-menerus. Sampai-sampai ketika belajar IPA, dia juga sambil tersenyum-senyum sendiri. “Kalau gue mikirin boncengan sama RIyan terus gue pasti nggak akan bisa ngerjain ulangan IPA besok,” ucap Caca dalam hati.
Keesokan harinya, benar saja. Caca tidak bisa mengerjakan soal ulangan IPA. Entah soalnya yang susah, atau dia yang tidak bisa mengerjakannya. “Gila, ulangannya susah banget tau,” ucap Caca pada Ina, Astrid, dan Rika.
“Masa sih Ca? Gampang banget tau Ca,” jawab Ina dengan nada sombong.
“Songong banget lu Na,” ucap Caca membuat Astrid dan Rika tertawa.
***
“Gimana sweaternya Yan?” tanya Caca pada Riyan yang sedang asyik bermain gitar.
“Kemarin gue udah ke Bandung, dan gue komplain  ke tempat bikin sweaternya. Mereka minta maaf dan bakal ngegantiin sweaternya kok Ca,” jawab Riyan.
“Alhamdulillah deh, untung aja mereka mau ngegantiin sweaternya. Coba kalau engga. Kita pasti rugi banget,” jawab Caca pada Riyan.
“Ya, iyalah,” jawab Riyan.
“Gue ke kantor dulu yah Yan, mau panggil Pak Tri. Lu jaga kelas yah. Jangan sampe anak-anak pada keluar kelas,” pinta Caca pada Riyan.
“Iya, bawel banget sih lu Ca,” jawab Caca.
Seperti biasa, setiap pelajaran Bahasa Inggris membuat Caca gugup dan mengantuk. Caca yakin semua teman-teman sekelasnya juga merasakan hal yang sama seperti Caca. Untung saja hari itu pelajaran Bahasa Inggris berupa games.
Bel sekolah berbunyi, tanda jam pelajaran hari itu telah usai. 
***
Sesampainya di rumah, Caca langsung berganti pakaian dan makan. “Ca, hari ini pramuka?” tanya mamah Caca. “Iya mah,” jawab Caca sambil makan.
***
Jam telah menunjukan pukul 2 siang. Caca segera ke depan gang untuk menunggu bis jemputan. “Panas banget sih hari ini, coba kalau berani bolos. Pasti hari ini gue gak akan pramuka deh. Gak penting banget pramuka siang-siang,” omel Caca dalam hati.
Tak lama kemudian, bis datang. Caca segera masuk ke dalam bis dan duduk di samping Devi dan Astrid. “Hai Dev, tumben lu naik bis. Biasanya dianter papah lu,” kata Caca.
“Iya Ca. Kemarin, papah gue pergi ke luar kota, jadi gue naik bis,” jawab Devi.
“Oh iya, gimana hubungan kamu sama Galang?” tanya Astrid.
“Baik kok, kamu gimana udah bisa ngelupain Yoga belum?” tanya Devi.
“Pasti belum lah, secara Astrid cinta banget sama Yoga,” ledek Caca.
“Apasih kamu Ca, sok tahu banget jadi orang,” jawab Astrid bete dan membuat Devi dan Caca tertawa.
“Oh iya, gue ada gosip baru loh,” ucap Caca pada ke dua sahabatnya itu.
“Kamu gosip mulu deh Ca,” jawab Astrid meledek.
“Beneran, tentang Yoga dan Rahma loh. Yakin enggak mau tau?” jawab Caca tak mau kalah.
Ketika mereka sedang asyik bergosip mengenai hubungan Yoga dan Rahma, bis sudah sampai sekolah mereka. Mereka segera turun dari bis dan memasuki sekolah.
***
Sesampainya di sekolah, Caca, Astrid, Ina, Rika, Devi dan beberapa teman cewek mereka duduk di tangga dekat kantin sekolah.
“Cie, Caca lagi liatin siapa tuh? Kok daritadi asyik banget liatin kearah kantin,” ledek Devi pada Caca yang sedari tadi memperhatikan kantin.
“Apasih, nggak kok. Aku lagi bete aja,” jawab Caca gugup.
“Udah deh, jangan bohong. Pasti kamu lagi naksir sama salah satu dari anak-anak yang ada di kantin kan?” tanya Nita.
“Hmm, sebenernya sih iya. Aku lagi suka sama orang,” ucap Caca pada beberapa sahabatnya itu.
“Siapa Ca? Siapa?” tanya Nita penasaran.
“Nggak ah, aku malu ngasih tau namanya” jawab Caca.
“Huuuu Caca enggak cerita-cerita. Yaudah deh terserah kamu aja,” ucap Astrid dengan nada sok sedih.
“Biasa aja dong Trid, jangan sok sedih gitu,” ucap Caca sambil terkikik.
“Eh, tapi siapa sih Ca? Kita gak akan kasih tau siapa-siapa kok,” ucap Ina.
“Tapi kalian janji yah jangan kasih tau siapa-siapa. Aku malu soalnya,” pinta Caca.
“Iya Caca si Miss Irit,” ucap Astrid dengan nada meledek.
“Ih, aku gak irit tau, aku tuh cuma sayang uang aja,” ucap Caca membela diri. “Sama aja Caca,” ucap Rika yang sedari tadi diam.
“Siapa sih Ca? Jangan ganti topik pembicaraan deh,” ucap Kristin yang daritadi hanya menyimak pembicaraan sambil minum teh poci.
“Bener yah, jangan kasih tau siapa-siapa. Soalnya orang yang aku suka udah punya pacar. Dan pacarnya kakak kelas. Aku takut dilabrak kalau ketahuan,” pinta Caca.
Mereka pun meng-iyakan dan Caca menceritakan semuanya pada teman-temannya. Saat sedang asyik menceritakan kejadian “sweater” dan “boncengan saat ujan”, bel berbunyi menandakan pramuka akan segera dimulai. Seperti biasa, sebelum pramuka dimulai, diadakan apel dahulu. Sangat membosankan memang. Tapi dengan terpaksa Caca harus mengikutinya. Kalau tidak, Caca takut dihukum.
Saat sedang diam, tanpa diduga-duga, Riyan berada di paling depan samping kanan Caca. Caca pun memperhatikan Riyan yang sedari tadi sedang diam. Tanpa Caca sadari, Devi memperhatikan tingkah Caca itu. “Biasa aja kali Ca merhatiinnya,” ledek Devi dengan suara berbisik.
“Apaan sih Dev, orang daritadi aku diem saja,” jawab Caca pelan.
“Diem apa memperhatikan seseorang?” ledek Rika yang baris di belakang Devi.
“Kalian tuh yah, udah dong entar yang lain pada tau kalau aku naksir dia,” pinta Caca pelan.
“Iya iya Miss Irit,” jawab Rika.
“Huuuh, dasar. Sabar aja deh gue mah. Secara gue kan baik hati dan tidak sombong,” ucap Caca. “Dasar. PD banget lu Ca,” jawab Rika.
***
“Capek banget yah kalau penjelajahan, tapi seru sih,” ucap Caca pada Astrid.
“Memang. Udah capek, nutupin sakit hati pula,” jawab Astrid kesal.
“Pasti si Yoga sama Rahma. Iyakan?” tanya Caca. “Iya, Ca,” jawab Astrid sedih.
“Memangnya kenapa sama Yoga dan Rahma?” tanya Caca.
“Kemarin aku liat mereka jalan bareng ke mall coba,” jawab Astrid sedih.
“Yaudah, nggakpapa Trid, insyaallah kamu bakal dapetin lebih daripada Yoga,” jawab Caca dengan nada senang dan penuh semangat.
“Makasih yah, Ca. Kamu memang sahabat terbaik aku deh,” ucap Astrid dengan nada senang.
“Kamu juga Trid sahabat terbaik aku,” jawab Caca tak kalah senangnya.
***
Jam sudah menunjukan pukul 7 malam. Karena merasa bosan, Caca memutuskan untuk online.
“Semoga mereka cepat putus deh,” update Caca di status salah satu jejaring sosialnya.
“Cie Caca, sadis amat Ca,” komentar Rika pada statusnya Caca itu.
“Biarin dong,” balas Caca pada Rika melalui jejaring sosial itu.
***
Karena merasa capek, Caca mematikan laptopnya. Beberapa saat kemudian, Caca mendapatkan SMS dari Astrid bahwa Riyan putus dengan pacarnya, Kak Diva.  Awalnya Caca tidak percaya kalau Riyan putus dengan pacarnya. Tapi ternyata benar.
“Ternyata bener kata Astrid kalau mereka putus,” ucap Caca dalam hati. “Berarti doa gue di status jejaring sosial itu tercapai dong, jangan-jangan gue memang jodoh sama Riyan” lanjut Caca dalam hati sambil tertawa-tawa sendiri.
***
Keesokan harinya, benar saja. Riyan galau. Biasanya dia selalu tertawa bersama teman-temannya. Tapi hari ini dia diam saja.
“Kayaknya, aku nggak akan pacaran deh sama Riyan. Dia kayaknya sayang banget sama Kak Diva. Sampe-sampe dia nangisin Kak Diva,” ucap Caca dalam hati.
Lagi-lagi jantung Caca berdegup dengan kencang. Dia merasa Riyan adalah lelaki yang sangat baik dan sangat menyayangi pacarnya. Bahkan ketika putus saja, Riyan menangisi hal tersebut.
“Betapa romantisnya Riyan,” ucap Caca dalam hati.
Ketika Caca sedang asyik memandangi Riyan yang berada di koridor, Devi datang. “Ca, aku comblangin kamu sama Riyan yah?” tanya Devi.
“Iya, Ca. Tadi Devi ngasih tau ke Galang kalau ada yang suka sama Riyan,” ucap Astrid.
“Hah? Yang bener? Aduh, tapi si Riyan sama Galang gak tau kan kalo yang suka itu aku?” tanya Caca kaget.
“Enggak kok, pokoknya aku comblangin yah?” tanya Devi. “Enggak usah yah please,” pinta Caca pada mereka.
“Iyaudah deh,” jawab Astrid dan Devi.
Setelah obrolan mengenai Devi dan Astrid akan mencomblangkan Caca dengan Riyan, Caca menjadi ketakutan. Caca takut kalau semua orang tahu kalau Caca suka Riyan dan akan mengejeknya. Tapi Caca mencoba positif thinking.
***
 “Trid, Na ayo ke Lab. IPA. Udah mau mulai nih belah kodoknya,” ajak Caca pada ke dua sahabatnya itu yang kebetulan mengambil ekstrakulikuler yang sama dengannya yaitu KIR.
“Iya, ayo Ca!” jawab Astrid dan Ina bersamaan.
***
Saat Caca sedang membelah kodok, tidak sengaja ia melihat Riyan sedang melihat ke arahnya. “Jangan GR please Ca, mungkin dia nggak ngeliatin lu,” ucapnya dalam hati.
Riyan berada di dalam kelas seberang lapangan basket.
“Sepertinya dia masih galau akibat putus cinta sama Kak Diva deh,” ucap Caca dalam hati.
“Trid, Na, kalian sudah selesai kan belah kodoknya?” tanya Caca pada ke dua sahabatnya itu. “Sudah Miss Irit,” jawab Astrid meledek. “Huf, yaudah kita ke kantin yuk,” ajak Caca. “Ayo Ca,” jawab Ina.
Mereka pergi menuju kantin sekolah melewati kelas yang didalamnya ada beberapa murid. Termasuk Riyan.
“Ca, sini deh!” ajak Devi yang sedang berada di dalam kelas tersebut.
Caca pun segera memasuki kelas tersebut dan melewati Riyan. Detak jantung Caca kembali labil ketika melewati Riyan. “Ada apa Dev?” tanya Caca.
“Nggak papa cuma manggil aja,” jawab Devi. “Yah, yaudah, gue ke kantin dulu yah,” ucap Caca. “Sip Ca,” jawab Devi.
***
Setelah jajan, mereka memutuskan untuk diam di samping mushalla sekolah. Tempat itu adalah salah satu tempat favorit mereka, karena bersih dan dingin. Saat sedang asyik mengobrol, tiba-tiba Riyan bersama Galang dan Devi datang. Mereka akan ke kantin, tetapi menggunakan jalan di samping mushalla. “Cie Caca cie Caca,” ledek Astrid dan Ina bersamaan.
“Apaan sih kamu Trid,” jawab Caca gugup. Lagi-lagi, ketika Riyan melewati Caca, jantung Caca kembali berdetak dengan kecang.
“Kalian please jangan ledek aku lagi, aku takut Riyan tau,” pinta Caca pada mereka. “Iya deh iya,” jawab Astrid.
Karena merasa bosan, mereka mencari tempat untunk duduk tetapi tidak di mushalla lagi. Saat mereka sedang jalan, Devi memanggil Caca. “Ca, sini deh!” ajaknya pada Caca.
Lagi-lagi Caca salah tingkah. Di dalam kelas itu Riyan sedang duduk. Caca mengira ada yang penting yang akan Devi bicarakan. Ternyata tidak. Dia sedang menjalankan rencananya untuk mencomblangkan Caca dan Riyan.
Sebelum Caca memasuki kelas tersebut, Devi, Galang, Riyan, dan Toni ke luar kelas tersebut. Mereka duduk di koridor dan Riyan duduk menyender di hadapan mereka. Sebenarnya, Caca ingin pergi dari situ karena ia tak tahan akan kondisi jantungnya yang labil ketika dekat dengan Riyan. Tapi Astrid, Ina, dan Rika berada disana dan tidak mau pergi.
“Mereka kayaknya bersekongkol deh sama Devi, Galang, dan Toni untuk mencomblangkanku dengan Riyan,” ucap Caca dalam hati.
Caca hanya bisa pasrah, lalu Caca duduk agak jauhan di samping Riyan. “Cie cie, ngomong dong Yan, katanya mau ngomong,” ledek Galang.
Karena aku tak tahan akan situasi itu, aku pergi dan masuk ke kelas yang di dalamnya berada Astrid, Ina, Rika, dan juga Ari. Caca sangat bersyukur pada keadaan itu karena dia bisa membuat Ari sakit hati dengan cara Caca dicomblangkan dengan Riyan di hadapan Ari. “Biar saja Ari ngerasain gimana sakitnya gue waktu Ari punya pacar beberapa jam setelah kami putus,” ucap Caca dalam hati dengan senyum penuh kemenangan.
***
Saat Caca duduk, Riyan duduk di samping Caca di dalam kelas. Saat itu, Riyan malu-malu hingga akhirnnya dia mengatakan bahwa dia suka Caca. “Ca, sebenernya aku suka kamu. Kamu mau gak jadi pacar aku?” tanya Riyan pada Caca. Caca tidak langsung menjawab. Dia sangat malu. Saat akan menjawab, bel pulang berbunyi. Caca segera keluar dari kelas tersebut. Dan teman-teman Caca segera mengikuti Caca dan menahan Caca agar Caca menjawab pertanyaan dari Riyan.
“Gimana Ca, mau enggak jadi pacar aku?” tanya Riyan.
”Tapi, gue takut kalau lu sama seperti Ari, gue takut sakit hati lagi,” ucap Caca.
 “Tenang aja, Riyan nggak akan gitu kok, iya nggak Yan?” tanya Devi pada Riyan.
“Iya Ca, gue janji deh,” ucap Riyan.
“Hmmm, yaudah gue mau jadi pacar lu Yan ,” jawab Caca.
***
Semenjak itu, mereka pacaran. Tapi beberapa hari kemudian, Kak Diva meminta maaf kepada Riyan melalui SMS. Tetapi Riyan tidak membalasnya, hingga Nana, saudaranya Diva mengirim SMS kepada Riyan. “Riyan, Diva itu sebenernya sangat menyayangi kamu. Dia putusin kamu soalnya dia ingin memberi kamu kejutan saat hari jadi kalian yang ke empat bulan. Dia itu tidak benar-benar ingin putusin kamu,” ucap Nana di SMS. “Ya terus? Yang jelas sekarang gue sama dia udah putus dan gue udah punya pacar. Jadi jangan ganggu gue lagi. Bilangin ke dia gue udah ga suka sama dia,” jawab Riyan lewat SMS.
***
Karena tidak enak akan kejadian Diva meminta maaf pada Riyan dan Nana mengirim SMS kepada Riyan, Riyan menceritakan semua kejadian tersebut pada Caca.
“Kamu tenang aja, aku gak bales smsnya si Diva kok,” ucap Riyan meyakinkan Caca.
“Aku juga udah bilang kalau aku udah gak suka sama Diva dan aku nggak akan selingkuhin kamu kok, aku janji,” lanjut Riyan.
“Iya, santai saja, aku percaya kok. Kamu juga yah tenang aja soalnya aku udah nggak suka sama Ari dan aku nggak akan selingkuhin kamu juga,” jawab Caca.
“Iya Caca, aku percaya. Aku sayang kamu Ca,” ucap Riyan.“Aku juga sayang kamu, Yan,” jawab Caca sambil senyum lebar.
***TAMAT***